Friday, May 11, 2012

Review Dion Yulianto

http://www.goodreads.com/review/show/326585356


's review 
May 11, 12

3 of 5 stars false
Read from May 08 to 11, 2012

Jika ada yang bilang bahwa para penulis cerita pendek itu menyiksa diri mereka sendiri (dan juga pembaca) dengan menuliskan karya yang, alih-alih menghibur, tapi ber-ending aneh; mungkin itu benar. Lewat bentuknya yang pendek, yang hanya sepotong cerita, cerpen dituntut untuk mampu menghasilkan efek pembacaan serupa novel. Hanya saja, karena wujudnya yang hanya sepotong itu, cerpen haruslah bersifat irit dan berhemat habis-habisan demi menyampaikan maksud si pengarang lewat 3 sampai 6 halaman saja. Seperti Perkara Mengirim Senja, sebuah kumpulan cerpen yang dari judulnya saja sudah sangat ganjil. Siapakah Perkara itu sehingga ia berani mengirimkan senja? Dan, apakah senja itu sendiri sehingga ia bisa dikirimkan ke sembarang orang sesuka hati. Yah, bukan cerpen namanya kalau tidak ganjil karena di dalam keganjilannya itulah ia menyimpan magnet bagii orang-orang untuk membacanya.

Perkara Mengirim Senja (PMS), sebagaimana kata kuncinya yakni “senja” merupakan kumpulan cerpen dari orang-orang muda modern, yakni mereka yang pernah menikmati dan sempat terkagum oleh cerpen-cerpen guratan salah satu maestro sastra Indonesia, Seno Gumira Ajidaarma. Lewat PMS ini—yang bahkan singkatan judulnya pun membuat beberapa pembaca berjengit—para pembaca yang kemudian menjadi cerpenis ini hendak merayakan kekuatan imajinasi seorang SGA dalam melukiskan cinta lewat untaian kata-kata. Ada 15 cerita dengan 14 penulisnya, plus pengantar agak nyastra dari Anton Kurnia, yang seperti biasa mampu membawakan lezatnya aroma sastrawan dalam tulisan-tulisan singkatnya. Kesemuanya berpadu dan menaut dalam satu buku, dipersatukan oleh kehebatan seorang pemuda yang mengirimkan sepotong senja untuk pacarnya, sebagaimana salah satu cerpen karya SGA yang fenomenal “Sepotong Senja untuk Pacarku”

1. Gadis Kembang
Cerpen karya penulis Bintang Bunting ini mengangkat topik tentang rekayasa cinta. Sebagaimana senja yang bisa dipotong, dalam sastra ternyata cinta juga bisa direkayasa sedemikian rupa. Lewat cerpen ini, penulis sepertinya hendak menyindir kemunafikan cinta yang tiak cukup satu, tapi berdua-dua dengan yang lainnya pula.

2. Perkara Mengirim Senja
Cerita yang dijadikan judul kumcer ini—mungkin karena judulnya yang begitu ganjil seganjil senja yang bisa dipotong—mengisahkan tentang orang yang menjual senja untuk dinikmati. Karena dalam sastra senja bisa dipotong, maka sah-sah saja jika ada yang kemudian mau menjual senja dengan beraneka ragam warna dan rasa. Kelebihan cerita ini adalah kosakatanya yang sangat berwarna, pemikiran yang tidak biasa, dan bahasa yang berbunga.

3. Selepas Membaca Sebuah Pertanyaan untuk Cinta, Alina menulis Dua Cerita Pendek Sambil Membayangkan Lelaki Bajingan yang Baru Meninggalkannya
Cinta begitu aneh dan ganjil, sehingga bisa memaksa seorang penulis untuk menghasilkan judul sepanjang itu. Dan, lagi-lagi, karena dalam sastra senja itu sah-sah saja untuk dipotong, maka judul yang panjang tanpa dipotong adalah juga wajar-wajar saja. Ini adalah cerita tentang kesetiaan terhadap cinta, di mana kadang kesetiaan itu begitu pekat hingga membutakan logika, membuat seorang suami tega memasung istrinya dengan celana dalam dari besi dan juga membutakan seorang istri terhadap suaminya yang mandul. Yang jelas, ada dua cerita dalam satu judul panjang ini. Barangkali, judul cerpen ini memang terlalu panjang sehingga menghasilkan dua cerita dengan bingkai yang sama. Biar adil, begitu mungkin kata penulisnya.

4. Kuman
Cedera atau racun masa lalu terbukti menjadi tidak ada apa-apanya dihadapan cinta. Cerita ini membuktikannya. Bahwa ada seorang gadis cantik yang merasa jijik dan kemudian jatih cinta pada seorang bartender buruk rupa, itu adalah hal yang biasa di hadapan cinta. Sebagaimana kata mereka, cinta itu buta. Namun, di saat yang sama, cinta juga seringkali diawali dengan memandang rupa.

5. Ulang
Celotehan sang pengarang Biru Indingo terasa begitu scientific dalam cerita “Ulang”. Tentang sebuah cerita misteri yang katanya terjadi di masa depan di puncak Gunung Himalaya, entah apa maksudnya tapi saya belum bisa menangkap inti dari “Ulang”. Yang jelas, di sini ada tokoh Sukab dan Alina yang memang muncul dalam cerpen-cerpen SGA. AH, mungkin saya harus membaca cerpen-cerpen beliau dulu agar bisa lebih memahaminya.

6. Akulah Pendukungmu
Cara membaca judul ini adalah dengan dinyanyikan karena itu bagian dari lagu “Garuda Indonesia”. Ibarat cerita fantasi, alkisah hiasan dinding Garuda Pancasila di dinding kelas itu bisa berbicara di malam hari, demikian juga poster foto presiden dan wakil presiden yang biasa terpajang di setiap kelas. Setiap tahun sekali, di Hari Kesaktian Pancasila, hiasan garuda itu diperkenankan untuk mewujud dan melakukan sesuatu yang hebat. Apa yang akan dilakukannya tahun ini? Silakan baca sendiri.

7. Empat Manusia
Cuma cerita ini yang sejauh ini mendapatkan banyak sekali tempelan kertas post-it-notes karena begitu banyaknya kutipan indah tentang perayaan cinta dan kehidupan. Bahwa perjalanan waktu hanya bisa dilakukan ke masa lampau dan bahwa cemburu itu selalu datang menyertai cinta yang teramat sangat, itulah yang paling menyantak dari “Empat Manusia” ini. Pada akhirnya, cinta terkadang tidak lah benar-benar suci dan tulus seperti kelihatannya. Empat manusia, Hendar, Susan, Yani dan Purba membuktikannya.

8. Saputangan Merah
Cabikan memori yang datang menyergap oleh keberadaan sapu tangan merah beraroma rempah telah meninggatkan seorang pria akan hadirnya seorang wanita misterius namun mampu menawan hatinya. Entah apa maksud dari cerita ini, sepenangkapan saya ini adalah tentang cinta yang biasanya memang sering kali datang dengan tiba-tiba.

9. Senja dalam Pertemuan Hujan
Cukuplah kutipan berikut ini untuk menyampaikan keindahan dari cerpen ini karena saya juga pusing menangkap maknanya:
“Aku suka senja. Senja mengantarai terang dan gelap. Seperti ibu yang menemani anaknya hingga tidur. Hangat dan nyaman.” (hlm 97)

10. Kirana Ketinggalan Kereta
Contoh dari sebuah cerpen arus utama, yakni cerita dengan ending tak terduga, yang biasanya muram. Adalah Gupta yang habis mengantarkan kekasihnya Kirana ke stasiun karena Kirana hendak pergi ke “kota lain”. Ternyata, Kirana telah ketinggalan kereta dan mereka pun akhirnya mencari kereta lain di bibir jurang. Pembaca pasti bisa menebak “kereta” dan “kota lain” yang dimaksud di sini.

11. Gadis Tak Bernama
Cerobohnya cinta sehingga begitu angkuh ia untuk memotong senja dan menghadiahkannya untuk pacarnya. Sayangnya, kali ini kecerobohan sang pemuda berhasil diketahui oleh seorang gadis tak bernama yang bertigas sebagai seorang peneliti senja. Akhirnya, ia menemukan cara agar senja tetap aman dan tidak dipotong-potong lagi seenaknya oleh para pecinta yang lupa diri, walaupun dengan cara yang tidak kalah gilanya.

12. Guru Omong Kosong
Coba apa yang akan terjadi ketika Pak Dikin yang hanya seorang penjaga sekolah mengantikan tugas para guru dalam mengajar di kelas? Hasilnya, sebagaimana buku panduan aneh yang ditemukan Pak Dikin, adalah omong kosong dari sebuah kitab Omong Kosong. Entah dalam cerita ini penulis hendak mengkritik pekerjaan cerpenis yang hanya meributkan hal-hal indah tapi kurang penting ataukah ia hendak menunjukkan bahwa menjadi guru itu tidak hanya bisa dilakukan sambil lalu karena tanggung jawabnya yang sangat besar.

13. Surat ke-93
Cenungkan (renungkan) apa yang sebenarnya terjadi sampai seorang wanita rela mengirimkan 93 surat berturut-turut untuk kekasihnya yang telah pergi meninggalkannya untuk mencari penghidupan di kota. Mungkin kisah ini adalah kisah cinta yang buta atau sang gadis yang memang begitu mencintai kekasihnya. Namun, penulis cerita ini mampu membuktikan kedalaman bahasa dan pesan-pesan yang termuat di ceritanya. Paragraf-paragraf di dalamnya penuh dengan petuah dan sindiran terhadap kehidupan kita sehari-hari. Cerita ini yang harus Anda baca, jangan dilewatkan walaupun adanya di hampir paling belakang.

14. Bahasa Sunyi
Bermula dari sebuah kartu pos berisi senja, pecinta itu melanjutkan kisah cinta jarak jauhnya lewat BBM. Dan, dari BB itu juga cinta sekaligus bukti penghianatan janji sucinya.

15. Satu Sepatu, Dua Kecoak
Mengapa Om Bram yang kaya, modis, tampan dan perlente itu tidak mampu membahagiakan Tante Asih? Bagaimana pengaruhnya terhadap Reta, putri angkatnya? Mengapa pula Reta membuang sepatu-sepatunya ke kali? Entahlah, bacalah kumcer ini di saat senja hari agar kau mengerti!

Maafkan saya jika pembacaan ini kurang tepat, saya memang membaca cerpen-cerpen ini pada dini hari menjelang fajar, kebalikan dari waktu senja itu sendiri.

Pujian terutama untuk kertas covernya yg sangat ekslusif dengan kertas tebal bertekstur. Penghargaan setinggi-tingginya untuk ilustrasi-ilustrasi indah yang sangat mewakili di halaman-halaman buku ini, yang menjadikan buku kumcer ini bagus dan begitu berbeda dengan buku-buku sejenis. Selamat merayakan senja.

Akhirnya, saya selesai membaca kumcer ini jam 15.55 ... satu-dua jam menjelang senja.

Jadwal Wawancara Radio dan Diskusi

Teman-teman,
Misalkan pengin tahu lebih banyak tentang Perkara Mengirim Senja, mendengar suara penulis-penulisnya ataupun ketemu langsung, berikut jadwal wawancara radio dan diskusi bukunya:

Sabtu, 12 Mei 2012 Pukul 16.30-17.00 WIB
RRI Pro 1 91,2 FM di acara Ruang Literasi
Bersama Jia Effendie, Lala Bohang, Mudin Em

Sabtu, 19 Mei 2012 Pukul 15.00-16.00 WIB
Green Radio 89,2 FM di acara Buka Buku

Minggu, 10 Juni 2012
Radio DFM


Event:
Minggu, 20 Mei 2012 pukul 15.00-17.00 WIB
Reading Room
Jalan Kemang Timur Raya Jakarta
Ada akustikan bersama Dwika Putra

Minggu, 27 Mei 2012 pukul 13.00-15.00 WIB
TM Bookstore Detos bersama Klub Buku Goodreads Indonesia dan Kaskus
Moderator: Melody Violine

Yuks dateng... di acara Reading Room sama TM Bookstore Depok ada booksigning dan foto bareng penulisnya juga :)

Monday, April 30, 2012

Tentang Berperkara Dengan Senja

Sumber: http://tikazefanya.tumblr.com/post/22029975706/tentang-berperkara-dengan-senja

Sebuah review dari antologi cerpen “Perkara Mengirim Senja” yang didedikasikan untuk Seno Gumira Ajidarma.
Tentu saya bukan satu-satunya orang yang merasa asing dengan nama Seno Gumira Ajidarma. Dan jujur, alasan saya membeli buku ini adalah karena saya tertarik dengan judulnya. Yah, saya jatuh hati kepada senja!
Di buku ini, terdapat 15 cerpen dari 14 penulis muda berbakat, yang akan membawa kita untuk lebih mengetahui sosok seorang sastrawan yang karya-karyanya banyak menginspirasi pembaca khususnya orang muda, Seno Gumira Ajidarma.
Jangan aneh jika kalian akan menemukan begitu banyak kata senja dan cinta dalam buku ini, serta nama sepasang anak manusia, Alina dan Sukab. Karena memang hal-hal itulah yang sering muncul dalam cerita-cerita Seno Gumira Ajidarma.
Sekarang, saya akan mencoba untuk me-review ke 15 cerpen yang ada di dalam buku ini.
Cerpen pertama dibuku ini berjudul Gadis Kembang karya Valiant Budi Yogi (@vabyo). Tulisan ini lekat dengan ciri penulisnya. Bagian akhir, adalah inti dari setiap tulisannya. “Bisik-bisik membuas luas. Ada yang terperdaya, sebagian terlena, sisanya hanya bisa menerka. Selamat merekayasa cinta…”
Kemudian diikuti oleh sebuah cerpen karya Jia Effendie (@JiaEffendie) yang sekaligus menjadi judul dari kumpulan antologi ini, Perkara Mengirim Senja. Cerpen ini mampu membuat kalian merasa bagaimana memperjuangkan cinta yang tak sampai. “Aku yang paling tahu bagaimana mencintainya, tetapi dia tak pernah tahu untuk memilihku.”
Selanjutnya sebuah cerpen karya M. Aan Mansyur (@hurufkecil) yang judulnya terdiri dari 122 karakter huruf. Cerpen ini mengisahkan tentang kehidupan berumah tangga. Istri yang begitu menuruti apa kata suami, dan suami yang begitu menjaga sang istri sampai-sampai memakaikan celana dalam besi untuk istrinya. Entah siapa yang mencoba untuk selingkuh terlebih dahulu. “Ada lebih banyak kata-kata dalam diam.”
Kuman karya Lala Bohang (@lalabohang), mengatakan: “Bahwa cinta memiliki kemampuan menggandakan diri untuk dua orang berbeda dalam kadar yang sama, baru saja terkuak.”
Karya berikutnya dari Putra Perdana (@putrafara) yang berjudul Ulang. Sebuah cerpen deskriptif dengan kalimat pembuka, “Akan kuceritakan kisah misteri terpendek di dunia. Manusia terakhir… mendapat ketukanpintunya.”
Dan Akulah Pendukungmu karya Sundea, mengajakmu untuk membaca judul cerpennya sambil dinyanyikan. Karna itu adalah bagian dari lagu Garuda Pancasila. Dari cerpen ini kalian bisa merasakan tentang mengagumi dalam diam. Waktu adalah pesaing yang tidak kenal ampun.. Ia tidak mau bertoleransi sedikit pun.”
Empat Manusia karya Faizal Reza (@monstreza). Sebuah cerpen dengan satu judul yang terdiri dari empat bagian, yang akan membuat kalian menemukan begitu banyak quote manis disini. Salah satunya, Kalau kita masih harus sama-sama menunggu, kenapa aku harus menunggumu sendirian sementara kau menungguku bersama orang lain?” Dan cerpen ini terinspirasi dari Empat Adegan Ranjang.
Berikutnya adalah Sapu Tangan Merah, karya Utami Diah (@tummythumb). Dari cerpen ini saya menyimpulkan bahwa; Jika kau cinta, katakan! Jangan tunggu kau mendapati penyesalan, baru kau menghargai apa itu pertemuan.
Diikuti Senja dalam Pertemuan Hujan karya Mudin Em (@omemdisini) yang memaksa saya membaca cerpen ini sampai dua kali agar saya benar-benar mengerti siapa “ia” dan “dia” yang dimaksudkan dalam cerpen ini. Cerpen ini bercerita tentang perselingkuhan. Dan saya berdecak kagum akan tulisan ini. Bukankah tiada yang pernah tahu kapan dan di mana cinta akan datang? Siapa pula yang bisa menebak siapa yang hendak singgah?”
Ada juga karya dari seorang Maradilla Syachridar, yang berjudul Kirana Ketinggalan Kereta. Cerpen ini bercerita tentang sepasang kekasih yang belum move on. Memutuskan untuk berpisah, tapi masih saling mencinta. Masih saling berhubungan. Dan masih saling memiliki harapan untuk membangun masa depan berdua. Perempuan yang rumit dan lelaki yang mencintai perempuan itu dengan segala kerumitannya. Dan yang paling menyebalkan, sebenarnya aku lelah dengan diriku sendiri.”
Berikutnya, cerpen yang paling saya sukai dari buku ini. Gadis Tidak Bernama, karya Theoresia Rumthe(@perempuansore). Persetan dengan ada tidaknya itu Dinas Peneliti Senja. Yang saya tahu, saya begitu menggilai gaya bahasa dari penulis perempuan yang begitu menginspirasi saya ini. Satu quote yang saya amini adalah, Sebagai perempuan, saya manipulatif. Saya mendambakan petualangan dalam hidup!”
Omong Kosong karya Arnelis (@arnellism), bercerita tentang seorang penjaga sekolah yang akhirnya berkata, “Tenang, saya bukan guru omong kosong.”
Rindu tak terbalas dari seorang perempuan yang terangkum dalam cerpen berjudul Surat ke-93 karya Feby Indriani, membuat kalian mampu menyelami sendu dari rindu yang tak terbalas. Apa lawan dari cinta? Bukanlah benci, melainkan ketidakpedulian.”
Bahasa Sunyi karya Rita Achdris mampu membuat kalian yang membaca cerpen ini tersenyum kecil karena merasa tergelitik diakhir ceritanya. “kata-kata tidak ada gunanya dan selalu sia-sia.”
Cerpen terakhir di buku ini adalah Satu Dua Sepatu, Kecoak.. karya Sundea, yang terinspirasi dari Lelaki yang Terindah. Cerpen ini mengandung pesan bahwa pernikahan tidaklah selalu soal kebahagiaan.
Nah, gimana? Penasaran? Buat kalian yang belum memiliki Buku Perkara Mengirim Senja, silahkan preorder ke:http://poscinta.com/pms/
Dan lihat trailer buku ini di: http://www.youtube.com/watch?v=sHtkvDCIjfk